Potongan Tulisan Tentang Joglo Tani
JOGLO TANI wahana pembelajaran pertanian terpadu
Talesing Sedyayu Tinulad ing Wigyo lan Sembada
Senin, 04 April 2011
Rabu, 23 Maret 2011
PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)
Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
Masalah hama terjadi karena adanya sistem yang tidak seimbang.
Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya permasalahan hama, yakni:
· Kebakaran, banjir dan pembukaan lahan baru.
· Penggunaan areal tanah yang luas hanya untuk satu jenis tanaman (monokultur)
· Masuknya hama dari suatu daerah ke daerah lain.
· Punahnya predator-predator hama dan pindahnya habitat predator hama karena penggunaan pestisida.
Solusi pengendalian hama jangka panjang dibutuhkan untuk mengembalikan keseimbangan alam di lahan pertanian, perkebunan dan lingkungan alami. Ini tentu saja memerlukan waktu bertahun-tahun, sehingga PHT juga meliputi solusi pengendalian hama jangka pendek,termasuk penggunaan pestisida alami.
PHT menggabungkan berbagai macam cara pengendalian hama, untuk:
· Mencegah kemungkinan terjadinya permasalahan hama.
· Mengurangi jumlah permasalahan hama jika sudah terjadi.
· Menggunakan pengendalian alami untuk mengatasi permasalahan yang sudah terjadi.
Setiap bagian dalam lingkungan berkaitan erat dengan setiap bagian lainnya, termasuk manusia. Apa yang terjadi pada satu bagian dari sistem atau lingkungan akan mempengaruhi bagian-bagian lainnya dari sistem atau lingkungan tersebut. Ini adalah filosofi yang penting dalam PHT dan masa depan yang berkelanjutan. Jadi, untuk berhasilnya PHT kita haruslah memahami bagaimana setiap bagian dalam sistem bekerja dan bagaimana mereka saling bekerjasama. (Misalnya, tanah, serangga, tanaman dan pepohonan, burung, binatang, air, manusia, teknologi).
Sistem PHT akan membantu untuk:
· Mengurangi penggunaan sumber daya dan produk yang mahal, karena lahan akan“merawat” dirinya sendiri secara terus-menerus, serta sumber daya yang dibutuhkan lebih banyak berasal dari sumber daya local.
· Memperbaiki kualitas tanah, tumbuhan dan lingkungan.
· Meningkatkan produksi dari tanah secara keseluruhan.
· Meningkatkan keanekaragaman dan daya tahan terhadap hama, penyakit dan cuaca ekstrim.
· Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat sekitarnya.
Pengendalian Hama Terpadu dapat diterapkan di kebun rumah skala kecil, kebun untuk pasar, hingga lahan pertanian skala besar seperti padi, tanaman buah-buahan dan juga untuk keseluruhan sistem.
Untuk menjadi sehat dan kuat, tanaman membutuhkan kondisi yang baik untuk tumbuh, yang meliputi:
· Tanah yang subur.
· Air yang cukup.
· Sinar matahari yang cukup.
Jenis tanaman yang satu dengan yang lainnya membutuhkan kondisi yang berbedabeda. Beberapa jenis tanaman menyukai tanah yang sangat kering, beberapa menyukai tanah yang lembab, beberapa menyukai tempat yang teduh, beberapa menyukai sinar matahari yang berlebihan dll. Ada berbagai macam ‘musim mikro’ dalam setiap lahan, jika tanaman cocok dengan kondisi yang dibutuhkan, mereka akan tumbuh dengan baik dan memiliki daya tahan yang kuat terhadap penyakit.
Sebagai contoh:
· Tanah basah – Kangkung.
· Hutan teduh – Vanili.
· Tanah kering berpasir – Kaktus.
PHT memiliki banyak aspek, yang bermanfaat untuk mencegah permasalahan hama secara alami:
· Tanah yang sehat dan hidup – Memperkuat daya tahan tanaman.
· Predator hama alami – Mengontrol jumlah hama.
· Lingkungan yang sehat – Menjaga keseimbangan hama dan mendorong pertumbuhan predator hama.
· Penyerbukan terbuka, benih non-hibrida – Memperkuat daya tahan terhadap hama.
Pengelolaan tanaman yang baik, meliputi:
· Rotasi tanaman – Mengisi unsur hara dalam tanah.
· Pola-pola alami untuk berbagai macam bentuk kebun – Mencegah serangan hama.
· Tanaman campuran, bukan monokultur - Mengurangi jumlah perkembangan hama.
· Tanaman penghambat hama - Memperlambat serangan berbagai macam hama.
· Penanaman berpasangan – Tanaman akan saling membantu satu sama lain.
· Membuat & menggunakan umpan serta perangkap – Menjaga rendahnya jumlah hama.
· Menggunakan binatang untuk mengontrol hama – Metode yang efektif dan efisien untuk mengontrol hama.
· Membuat & menggunakan pestisida alami – Mendukung lingkungan yang lebih sehat.
· Kontrol biologis – Mekanisme pengontrolan hama alami dalam skala yang lebih luas.
Rabu, 16 Maret 2011
padi berdasar falsafah jawa
Mengenal padi lewat falsafah jawa
by. Sunarno Timbul Joglo Tani
Tujuan berbudidaya padi :
Wulen Sepanen ,Jotho Tinoto, Las Kang Mentes
1. Wulen sepanen artinya dalam satu rumpun bisa panen serempak
2. Jotho tinoto artinya bulir dalam satu malai bisa tertata rapi tidak bersela
3. Las kang mentes artinya semua bulir yang ada bisa bernas tidak ada bulir kosong atau hampa
Petuah untuk mendapatkan hasil wulen sepanen, jotho tinoto las kang mentes adalah
1. Papat tancep, Wolu mupur, Rolas ngesat , Nembelas nembe tukule bakal las
Empat tanam, Delapan memupuk, Dua belas mengeringkan sawah, Enam belas baru munculnya bakal buah
2. Sawur mupur amegah dapur, Nyawisi tirto nyawiji jotho
Memupuk untuk pembentukan anakan dan pemberian air untuk pengisian bulir padi
3. Tinebehno tirto gyo samodro murih tunggul linangkung ngemboko
Jauhkan sawah seperti lautan agar anakan lebih banyak dan kuat
4. Tumungkuling puspo tan sinareng wedaring wacono
Munculnya bunga jangan berbarengan dengan munculnya angin yang besar
5. Adedasar cokro manggilingan ler-leran dadi daharan sepah jinatah ing lemah.
Berdasarkan siklus energi , tanah menghasilkan pangan tetapi seresah harus dikembalikan ketanah
Tataran Gesang Pantun
1. Sebar : Senthong barang kang regeng aji lan rubedo
Tempat atau ruangan untuk menyimpan barang barang berharga dan banyak ancaman
2. Tancep : Tandur cethek pituture
Tanam dangkal menjadi petuahnya
3. Nglilir : Nggilir ilining tirto
Pengairan sawah atau pengaturan irigasi model berselang ( intermitten )
4. Manak : Marake nigan arupo karang
Munculnya banyak kelompok telur yang berbentuk tanah yang menempel pada batang padi
5. Mutu : Metune bangso kutu
Munculnya banyak serangga jenis kutu-kutuan salah satu contohnya : Wereng
6. Ngapit : Ngancik pametuneng tandur
Awal mula bakal malai terbentuk
7. Meteng : Mengku tengoro minggaheng kemonggo
Memberi pertanda dengan jalan laba- laba naik kepermukaan daun dan membuat jarring
8. Ngembang : Ngembakaneng bongso kumbang lan lembing
Berkembang-biak banyak serangga jenis kumbang salah satu contohnya kumbang helm
9. Najin : Nanjan Cilik Jinulukan walang /Nanceping janur ing nampingan
Menancapkan daun kelapa muda dipematang atau di pinggiran sawah
10. Ngapur : Ngancik purnaning rubedo
Mulai berkurangnya hama
11. Nguning : Ngupiyo ningkeping jotho
Menjaga supaya bulir tetap utuh
12. Panen : Panggunggunge ajineng damen
Menghitung nilai kegunaan jerami
by. Sunarno Timbul Joglo Tani
Tujuan berbudidaya padi :
Wulen Sepanen ,Jotho Tinoto, Las Kang Mentes
1. Wulen sepanen artinya dalam satu rumpun bisa panen serempak
2. Jotho tinoto artinya bulir dalam satu malai bisa tertata rapi tidak bersela
3. Las kang mentes artinya semua bulir yang ada bisa bernas tidak ada bulir kosong atau hampa
Petuah untuk mendapatkan hasil wulen sepanen, jotho tinoto las kang mentes adalah
1. Papat tancep, Wolu mupur, Rolas ngesat , Nembelas nembe tukule bakal las
Empat tanam, Delapan memupuk, Dua belas mengeringkan sawah, Enam belas baru munculnya bakal buah
2. Sawur mupur amegah dapur, Nyawisi tirto nyawiji jotho
Memupuk untuk pembentukan anakan dan pemberian air untuk pengisian bulir padi
3. Tinebehno tirto gyo samodro murih tunggul linangkung ngemboko
Jauhkan sawah seperti lautan agar anakan lebih banyak dan kuat
4. Tumungkuling puspo tan sinareng wedaring wacono
Munculnya bunga jangan berbarengan dengan munculnya angin yang besar
5. Adedasar cokro manggilingan ler-leran dadi daharan sepah jinatah ing lemah.
Berdasarkan siklus energi , tanah menghasilkan pangan tetapi seresah harus dikembalikan ketanah
Tataran Gesang Pantun
1. Sebar : Senthong barang kang regeng aji lan rubedo
Tempat atau ruangan untuk menyimpan barang barang berharga dan banyak ancaman
2. Tancep : Tandur cethek pituture
Tanam dangkal menjadi petuahnya
3. Nglilir : Nggilir ilining tirto
Pengairan sawah atau pengaturan irigasi model berselang ( intermitten )
4. Manak : Marake nigan arupo karang
Munculnya banyak kelompok telur yang berbentuk tanah yang menempel pada batang padi
5. Mutu : Metune bangso kutu
Munculnya banyak serangga jenis kutu-kutuan salah satu contohnya : Wereng
6. Ngapit : Ngancik pametuneng tandur
Awal mula bakal malai terbentuk
7. Meteng : Mengku tengoro minggaheng kemonggo
Memberi pertanda dengan jalan laba- laba naik kepermukaan daun dan membuat jarring
8. Ngembang : Ngembakaneng bongso kumbang lan lembing
Berkembang-biak banyak serangga jenis kumbang salah satu contohnya kumbang helm
9. Najin : Nanjan Cilik Jinulukan walang /Nanceping janur ing nampingan
Menancapkan daun kelapa muda dipematang atau di pinggiran sawah
10. Ngapur : Ngancik purnaning rubedo
Mulai berkurangnya hama
11. Nguning : Ngupiyo ningkeping jotho
Menjaga supaya bulir tetap utuh
12. Panen : Panggunggunge ajineng damen
Menghitung nilai kegunaan jerami
Tumpangsari dan Tumpanggilir
TUMPANGSARI dan TUMPANG GILIR€
Latar Belakang
Pendekatan budidaya pertanian monokultur telah menjadikan hasil yang kurang variatif serta tak mampu menyiasati pasar. Bahkan kini telah menghasilkan ketergantungan yang tinggi atas berbagai produk pertanian dari luar yng sebenarnya dapat dikembangkan secara tumpangsari dengan tanaman utama. Sebenarnya tidak perlu lagi kita tergantung terigu impor bilamana kita kembangkan aneka umbi-umbian secara tumpangsari di pekarangan atau kebun kita. Kita juga tak perlu lagi impor kedelai bilamana hutan dan kebun kita ditumpangsari antara tanaman kayu-kayuan dengan aneka jenis koro-koroan. Ketika harga padi rendah, kita masih dapat mengandalkan aneka panenan palawija dan sayuran pada lahan surjan.
Dengan tumpang gilir akan memungkinkan kita untuk mengkombinasikan aneka jenis tanaman dengan umur panen dan masa panen yang berbeda-beda sehingga cukup bagi petani untuk memperoleh pemasukan secara berkala.
Tujuan :
Petani menyadari bahaya monokultur dan nilai penting pertanian terpadu
Petani memahami sifat-sifat aneka tanaman yang potensial dikombinasikan
Petani memahami gambaran aneka model pola tumpangsari-tumpang gilir
Petani mampu membuat disain pola pertanian terpadu tumpangsari-tumpang gilir yang mungkin mereka lakukan.
Materi :
TUMPANGSARI – TUMPANGGILIR merupakan alternatif teknologi untuk panen berkelanjutan dengan perbaikan lahan sekaligus. Beberapa pertimbangan yang melandasi perlunya teknologi tersebut antara lain :
1. Adanya hukum yang menyatakan bahwa semakin beranekaragam tanaman dalam suatu ekosistem maka semakin stabil pula ekosistem tersebut
2. Memberi kesempatan pada alam untuk menjalankan fungsinya sebagai tempat tinggal hidup aneka ciptaanNya
3. Mencegah terjadinya peledakan hama tertentu
4. Menstabilkan kondisi iklim mikro
5. Sumberdaya alam yang ada bisa termanfaatkan secara optimal (cahaya, udara, makanan dalam tanah, air dll.)
6. Mempermudah terciptanya keseimbangan makanan
7. Mempermudah antisipasi kemerosotan harga jenis produk tanaman tertentu
8. Memelihara jaring-jaring makanan bagi siapapun dan apapun
9. Adanya hukum tanaman jenis berbeda maka kebutuhannyapun berbeda, umur berbeda maka kebutuhannya juga berbeda
Secara praktis maka wujud teknologinya bila disederhanakan adalah sebagai berikut :
1. Gunakan pagar hidup keliling kebun
2. Susunlah aneka jenis tanaman dengan tajuk ban posisi perakaran bertingkat (tanaman bertingkat membantu kestabilan suhu dan kelembaban)
3. Susunlah aneka jenis tanaman secara bervariasi dengan waktu tanam dan panen yang tidak sama
4. Susunlah dalam rumus kombinasi tanaman oyot-oyotan, kekayon/batang, gegodhongan, kekembangan, woh-wohan dan gegedhangan/”gedhang kluthuk”
5. Gunakanlah mulsa alami untuk menjamin kestabilan suhu dan kelembaban tanah serta sebagai cadangan makanan bagi kesuburan tanah dan tanaman
6. Kombinasikan aneka sayuran daun dalam bedhengan yang sama
7. Kombinasi dapat pula berupa variasi bau tanaman, variasi warna, variasi tekstur daun dll.
Untuk memulai pengembangan teknologi tumpangsari tumpang gilir maka perlu ditempuh beberapa langkah sebagai berikut :
1. Buatlah aneka bentuk/skema “proses perkembangan tanaman dan kegiatan bertani” dari waktu-ke waktu untuk aneka jenis tanaman (bisa berdasar pengalaman sendiri, pengalaman petani yang lain, dari buku-buku dll.)
2. Kenali betul masa tanam, cara tanam, proses tumbuh dan berkembangnya, jenis-jenis hama dan penyakitnya, aneka teknik pengendaliannya,masa panen per tanaman dll
3. Susunlah model kombinasi jenis tanaman yang mungkin (akan sangat baik bila ada ujicoba kombinasi jenis tanaman, masa tanam, dan posisi tanaman)
4. Buatlah rencana kerja pengelolaannya (posisi tanaman dan urutan penanaman)
5. Segera cari berbagai alat, bahan dan benih yang diperlukan dan lakukan seterusnya.
Latar Belakang
Pendekatan budidaya pertanian monokultur telah menjadikan hasil yang kurang variatif serta tak mampu menyiasati pasar. Bahkan kini telah menghasilkan ketergantungan yang tinggi atas berbagai produk pertanian dari luar yng sebenarnya dapat dikembangkan secara tumpangsari dengan tanaman utama. Sebenarnya tidak perlu lagi kita tergantung terigu impor bilamana kita kembangkan aneka umbi-umbian secara tumpangsari di pekarangan atau kebun kita. Kita juga tak perlu lagi impor kedelai bilamana hutan dan kebun kita ditumpangsari antara tanaman kayu-kayuan dengan aneka jenis koro-koroan. Ketika harga padi rendah, kita masih dapat mengandalkan aneka panenan palawija dan sayuran pada lahan surjan.
Dengan tumpang gilir akan memungkinkan kita untuk mengkombinasikan aneka jenis tanaman dengan umur panen dan masa panen yang berbeda-beda sehingga cukup bagi petani untuk memperoleh pemasukan secara berkala.
Tujuan :
Petani menyadari bahaya monokultur dan nilai penting pertanian terpadu
Petani memahami sifat-sifat aneka tanaman yang potensial dikombinasikan
Petani memahami gambaran aneka model pola tumpangsari-tumpang gilir
Petani mampu membuat disain pola pertanian terpadu tumpangsari-tumpang gilir yang mungkin mereka lakukan.
Materi :
TUMPANGSARI – TUMPANGGILIR merupakan alternatif teknologi untuk panen berkelanjutan dengan perbaikan lahan sekaligus. Beberapa pertimbangan yang melandasi perlunya teknologi tersebut antara lain :
1. Adanya hukum yang menyatakan bahwa semakin beranekaragam tanaman dalam suatu ekosistem maka semakin stabil pula ekosistem tersebut
2. Memberi kesempatan pada alam untuk menjalankan fungsinya sebagai tempat tinggal hidup aneka ciptaanNya
3. Mencegah terjadinya peledakan hama tertentu
4. Menstabilkan kondisi iklim mikro
5. Sumberdaya alam yang ada bisa termanfaatkan secara optimal (cahaya, udara, makanan dalam tanah, air dll.)
6. Mempermudah terciptanya keseimbangan makanan
7. Mempermudah antisipasi kemerosotan harga jenis produk tanaman tertentu
8. Memelihara jaring-jaring makanan bagi siapapun dan apapun
9. Adanya hukum tanaman jenis berbeda maka kebutuhannyapun berbeda, umur berbeda maka kebutuhannya juga berbeda
Secara praktis maka wujud teknologinya bila disederhanakan adalah sebagai berikut :
1. Gunakan pagar hidup keliling kebun
2. Susunlah aneka jenis tanaman dengan tajuk ban posisi perakaran bertingkat (tanaman bertingkat membantu kestabilan suhu dan kelembaban)
3. Susunlah aneka jenis tanaman secara bervariasi dengan waktu tanam dan panen yang tidak sama
4. Susunlah dalam rumus kombinasi tanaman oyot-oyotan, kekayon/batang, gegodhongan, kekembangan, woh-wohan dan gegedhangan/”gedhang kluthuk”
5. Gunakanlah mulsa alami untuk menjamin kestabilan suhu dan kelembaban tanah serta sebagai cadangan makanan bagi kesuburan tanah dan tanaman
6. Kombinasikan aneka sayuran daun dalam bedhengan yang sama
7. Kombinasi dapat pula berupa variasi bau tanaman, variasi warna, variasi tekstur daun dll.
Untuk memulai pengembangan teknologi tumpangsari tumpang gilir maka perlu ditempuh beberapa langkah sebagai berikut :
1. Buatlah aneka bentuk/skema “proses perkembangan tanaman dan kegiatan bertani” dari waktu-ke waktu untuk aneka jenis tanaman (bisa berdasar pengalaman sendiri, pengalaman petani yang lain, dari buku-buku dll.)
2. Kenali betul masa tanam, cara tanam, proses tumbuh dan berkembangnya, jenis-jenis hama dan penyakitnya, aneka teknik pengendaliannya,masa panen per tanaman dll
3. Susunlah model kombinasi jenis tanaman yang mungkin (akan sangat baik bila ada ujicoba kombinasi jenis tanaman, masa tanam, dan posisi tanaman)
4. Buatlah rencana kerja pengelolaannya (posisi tanaman dan urutan penanaman)
5. Segera cari berbagai alat, bahan dan benih yang diperlukan dan lakukan seterusnya.
Langganan:
Postingan (Atom)